Rabu, 30 September 2015

Foto-foto Perayaan Tiong Chiu 2015

                                                                                      Foto : Henry
Doa Bersama 8 agama/kepercayaan 

                                                                                      Foto : Henry
Liong Dupa









 

Sabtu, 26 September 2015

Koko Cici Yogyakarta 2013



Pemenang
Koko Cici Yogyakarta 2013

Koko Yogyakarta 2013
Hendry Gunawan Wijaya

Runner up 1 Koko Yogyakarta 2013
Tandean Jonathan Guntur Harry Putra

Runner up 2 Koko Yogyakarta 2013
Willyam Limanto

Koko Yogyakarta 2013 favourite
Aqwam Imanan

Cici Yogyakarta 2013
Angela Merici Prillisca

Runner up 1 Cici Yogyakarta 2013
Krissanti Putrika Adiwijaya

Runner up 2 Cici Yogyakarta 2013
Yovinda Purnamasari

Cici Yogyakarta 2013 favourite
Degita Natasia Lawidu









Kamis, 24 September 2015

Foto Finalis Koko Cici Yogyakarta 2015

Foto Finalis Koko Cici Yogyakarta 2015

 Finalis Koko

Finalis Cici

Finalis Koko dan Cici


Rabu, 23 September 2015

Daftar Acara Perayaan Tiong Chiu Yogyakarta 2015

18.00 Persiapan acara dan opening

18.30 Doa Bersama 8 agama/kepercayaan

19.00 Ritual Tiong Chiu

19.30 Sambutan-sambutan

19.40 Ucapan terima kasih kepada penyumbang Tjen Ling Kiong

19.55 Tari Yue Yen Hua Hao

20.10 Lelang kim huan, tiong chiu pia dan ke ci

20.30 Tari Xiang Si He Ban

20.40 Operet Legenda Tiong Chiu

21.25 Barongsai tonggak

21.50 Closing

Kamis, 10 September 2015

Perayaan Tiong Chiu Yogyakarta 2015

Perayaan Tiong Chiu (中秋節) tahun 2015 di Yogyakarta akan diselenggarakan di Kelenteng Tjen Ling Kiong (鎮靈宮) dan Gedung Yayasan Bhakti Loka Poncowinatan pada tanggal 27 September 2015. Pada tahun ini, perayaan Tiong Chiu dimeriahkan juga dengan Pemilihan Koko Cici Yogyakarta II.

Acara :
- Liong Dupa 香火龍 (Hoo Hap Hwee 和合會)
- Doa bersama 8 agama/ kepercayaan : Kristen, Katholik, Islam, Budha, Konghucu, Tao, Hindu dan Penganut Kepercayaan (FPUB)
- Lelang Kim Huan, Tiong Chiu Pia dan Ke Ci (Kue Ci) yang sudah didoakan
- Pertunjukan Seni Budaya (Operet Tiong Chiu Ciat dari Hoo Hap Hwee 和合會, tari Yue Yen Hua Hao dan Xiang Si He Ban dari Hok Chia Kong Hwee 福清公會)
- Final Pemilihan Koko Cici Yogyakarta II
- Barongsai Tonggak

Waktu :
Pemilihan Koko Cici Yogyakarta II : 17.00 WIB
Perayaan Tiong Chiu : 18.00 WIB






Tiong Chiu Pia





 Tiong Chiu Pia (中秋餅)




Tiong Chiu Pia (中秋餅) atau Gue Pia (月餅) adalah kue khas pada perayaan Tiong Chiu. Untuk yang klasik, variasi bahan isiannya adalah biji bunga teratai, tau sa (kacang merah), kuning telur asin atau daging+lemak/gajih. Namun kini ada pula yang rasa coklat, keju, durian dan lain-lain. Harga Tiong Chiu Pia ini tergolong cukup mahal.

Legenda Asal Usul Perayaan Tiong Chiu

Tanggal 15 bulan 8 penanggalan Imlek Tiongkok adalah Festival Rembulan atau hari raya Tiong Chiu (中秋節), salah satu hari raya tradisional yang sangat penting di Tiongkok. Tiong Chiu biasanya jatuh pada pertengahan musim gugur, maka juga disebut sebagai Hari Raya Pertengahan Musim Gugur.

Kini di Tiongkok terdapat banyak peninggalan sejarah seperti "Altar Sembahyang Bulan", "Serambi Sembahyang Bulan" atau "Gedung Menikmati Bulan". Misalnya "Kuil Bulan" (月坛) yang terletak di sebelah barat kota Beijing, adalah sebuah bangunan khusus untuk upacara sembahyang kepada bulan yang dibangun pada masa Dinasti Ming (1368-1644 Masehi).

Pada Hari Tiong Chiu, biasanya orang Tiongkok menaruh meja sembahyang di halaman terbuka, dengan disediakan kue bulan, delima, kurma dan kuaci di atasnya, setelah bersembahyang kepada bulan, anggota sekeluarga duduk berkeliling di meja, makan sambil ngobrol, bersama-sama menikmati pemandangan bulan purnama.



Tiong Chiu Pia 中秋餅

Makan kue bulan atau Tiong Chiu Pia pada hari raya tersebut adalah adat-istiadat bangsa Tionghoa. Kue bulan yang berbentuk bulat melambangkan reuni keluarga.
Mengenai asal usulnya Hari Tiong Chiu, dongeng "Chang'e terbang ke bulan" adalah salah satu cerita yang paling popular di Tiongkok.

Konon pada zaman dahulu, di langit terdapat 10 matahari sehingga padi-padi di ladang terpanggang hangus, dan di bumi binatang ganas dan ular berbisa merajalela ke mana-mana. Waktu itu, di bumi ada seorang pahlawan yang namanya Hou Yi (后羿). Hou Yi yang pandai memanah pada suatu hari menaiki gunung Kunlun dan dengan berani memanah jatuh 9 dari 10 matahari di langit, dan memerintahkan satu matahari yang sisa harus naik turun sesuai dengan jadwalnya.

Sejak itulah, Hou Yi menjadi pahlawan yang sangat dihormati rakyat, kemudian dia menikahi seorang gadis yang cantik dan baik hati, yakni Chang'e (嫦娥). Pasangan suami-istri itu saling cinta-mencintai, dan hidup bahagia sejak itu.


 Hou Yi (后羿) dan Chang E (嫦娥)

Banyak orang mengikuti Hou Yi belajar kepandaiannya, salah satu anak buahnya adalah Peng Meng, yang cukup jahat. Suatu peristiwa, Hou Yi sempat bertemu Ibusuri Raja Langit, dan diberikan obat awet muda seumur hidup. Katanya, siapa pun yang minum obat itu bisa segera terbang ke langit dan menjadi Dewa. Hou Yi tidak minum obat itu karena tidak tega meninggalkan istrinya, akhirnya obat itu disimpan oleh Chang'e. Namun hal itu diketahui oleh Peng Meng. Dia ingin mencuri obatnya.

Suatu hari, ketika Hou Yi sedang berburu di luar, Peng Meng masuk ke kamar Chang'e dengan memegang pedang untuk merebut obat panjang umur itu. Untuk menjaga obat itu, Chang'e tak dapat tidak menelan obatnya, kemudian, badan Chang'e segera menjadi ringan dan mulai terbang ke langit. Karena Chang'e sangat kangen suaminya, akhirnya sang istri terbang ke bulan, bintang yang paling dekat dengan bumi.
Hou Yi pulang dan sangat sedih setelah mengetahui insiden itu, tapi Peng Meng yang jahat telah kabur. Hou Yi melihat bulan sambil berteriak-teriak memanggil nama istrinya. Tiba-tiba dia melihat, bulan di langit sangat murni dan terang, sepertinya ada satu bayangan yang mirip istrinya. Dia mencoba mengejar bulan tapi gagal.

Hou Yi sudah putus asa, tapi tetap sangat merindukan istrinya, dia menaruh meja di halaman belakang rumahnya, menyediakan banyak manisan, dan buah-buahan yang disukai Chang'e, dia bersembayang ke bulan, tempat Chang'e tinggal. Rakyat sesudah mengetahui Chang'e menjadi Dewi di bulan, maka beramai-ramai menyediakan meja dengan sesajen untuk bersembahyang ke Chang'e.
Mulai saat itu, adat-istiadat sembahyang bulan popular di Tiongkok.


Sumber : website China Radio International, divisi/departemen Bahasa Indonesia dengan sedikit perubahan



Legenda lain mengemukakan bahwa kue bulan berasal dari Dinasti Ming, yang dikaitkan dengan pemberontakan heroik Zhu Yuan Zhang memimpin para petani Han melawan pemerintah Mongol. Pada saat itu rakyat Han menentang pemerintahan Mongol dari Dinasti Yuan, dan para pemberontak yang dipimpin sendiri oleh Zhu Yuan Zhang, merencanakan untuk mengambil alih pemerintahan. Zhu Yuan Zhang bingung memikirkan bagaimana cara menyatukan rakyat untuk memberontak pada hari yang sama tanpa diketahui oleh pemerintah Mongol.



Zhu Yuan Zhang


Salah seorang penasehat terpercaya nya akhirnya menemukan sebuah ide. Sebuah berita disebarkan bahwa akan ada bencana besar yang akan menimpa negeri Tiongkok dan hanya dengan memakan kue bulan yang dibagikan oleh para pemberontak dapat mencegah bencana tersebut. Kue bulan tersebut hanya dibagikan kepada rakyat Han, yang akan menemukan pesan “Revolusi pada tanggal lima belas bulan delapan” pada saat membukanya.

Karena pemberitahuan itu, rakyat bersama-sama melakukan aksi pada tanggal yang ditentukan untuk menggulingkan Dinasti Yuan. Dan sejak saat itu kue bulan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Perayaan pertengahan Musim Gugur. Namun sebenarnya, kue bulan telah ada tercatat dalam sejarah paling awal pada zaman Dinasti Song (960-1279). Dari sini, kue bulan dipastikan telah populer dan eksis jauh sebelum Dinasti Ming (1368-1644) berdiri.


Sumber : http://www.tionghoa.info/festival-tiong-chiu-pia/


Sebutan kue bulan pertama kali timbul pada masa dinasti Tang. Merupakan upeti dari Chanyu  单于 atau kepala suku Tibet kepada kaisar Tang. Awalnya disebut Hu-bing 胡饼 yang berarti adalah kue orang Hu, kemudian oleh Yang Guifei 杨贵妃 disebut yuebing 月饼 atau kue bulan karena konon katanya kue orang Hu itu kurang enak di telinga. Catatan mengenai kue bulan ada di jaman Song Selatan yang ditulis oleh Wu Zimu 吴自牧 di buku Catatan Mimpi Liang 梦梁录. Dalam perkembangan sejarahnya, kue bulan menjadi memiliki makna tuanyuan 团圆 atau berkumpulnya satu keluarga. Sehingga pada umumnya saat zhongqiu itu orangtua atau juga sesepuh, membagi-bagi kuenya secara merata pada anggota keluarganya yang hadir maupun tidak hadir, ini mengandung makna keadilan dan kesetaraan serta bersama-sama menikmati kue bulan.

 Sumber : web.budaya-tionghoa.net